Riset: 95% Pimpinan Teknis Perusahaan-Perusahaan di Indonesia Perlu Benahi Data Secara Menyeluruh Agar Sukses Terapkan Strategi AI

Jakarta, 20 November 2025 – Sebanyak 71% pimpinan bisnis di Indonesia menyampaikan tengah menghadapi tuntutan yang makin tinggi tentang bagaimana data bisa lebih didorong dalam menghasilkan nilai bagi perusahaan. Disebutkan dalam laporan terbaru Salesforce State of Data and Analytics, bahwa terbatasnya akses terhadap data yang dibutuhkan masih menjadi faktor nomor satu yang menghambat organisasi di Indonesia untuk benar-benar menjadi perusahaan yang berbasis pada data atau “data driven”. Untuk menggali wawasan ini, Salesforce mewawancarai hampir 8.000 pemimpin — termasuk 200 di Indonesia — mengenai bagaimana mereka mengelola dan mengaktifkan data serta analitik untuk mendukung agentic enterprise.
Kesenjangan antara kebutuhan data bisnis dan realitas data yang mereka miliki kian menjadi persoalan di era agentic AI saat ini. Meskipun para pimpinan bisnis antusias memanfaatkan AI untuk mendapatkan insight maupun dalam meningkatkan produktivitas, namun para pemangku di sisi teknis perusahaan merasa adanya urgensi dalam menerapkan pendekatan baru terhadap data maupun analitik. Faktanya, 95% pimpinan perusahaan di bidang data dan analitik menyatakan perlunya melakukan perombakan total pada strategi data yang mereka terapkan sebelum mereka dapat menuntaskan penerapan strategi AI dengan sukses.
Guna memupus kesenjangan tersebut, para pimpinan teknis perusahaan perlu lebih fokus pada hal-hal mendasar, yakni bagaimana menghadirkan data secara tepat waktu dan kaya konteks, tata kelola data yang lebih kuat, serta pengembangan arsitektur zero copy yang diharapkan akan mampu membuka akses ke data terdistribusi yang selama ini “terperangkap,” di mana pun lokasinya. Dalam perjalanan menuju terwujudnya konsep besar agentic enterprises, mereka juga perlu mengadopsi solusi terkini, seperti agentic analytics, yang menghadirkan insight yang tepercaya langsung ke dalam alur kerja.
Zero Copy merujuk pada penggunaan data tanpa perlu memindahkan atau menyalinnya dari satu basis data ke basis data lain. Sebagai contoh, alih-alih menyalin informasi pelanggan ke sistem baru untuk analisis, perusahaan dapat langsung menganalisis data dari sumber aslinya. Pendekatan ini menghemat waktu, menekan biaya, dan mengurangi risiko, terutama saat alat AI membutuhkan akses data yang lebih cepat dan bersih.
“Temuan ini menyoroti tantangan krusial bagi bisnis di Indonesia — data tetap menjadi aset terbesar sekaligus hambatan terbesar mereka,” ujar Gavin Barfield, Wakil Presiden dan CTO, Solutions, ASEAN, Salesforce. “Dengan 95 persen pemimpin teknis mengakui perlunya merombak strategi data mereka, keberhasilan dalam penerapan AI akan sangat bergantung pada seberapa baik organisasi memodernisasi dan menyatukan fondasi data mereka, memecah silo untuk membuka kecerdasan bisnis yang sesungguhnya. Transformasi sejati terjadi ketika data dan AI bergerak seiring — dengan tata kelola data yang kuat dan wawasan kontekstual yang memungkinkan AI memberikan dampak bisnis yang terukur.
Temuan utama dalam laporan:
Fondasi data yang ada saat ini kesulitan menopang ambisi bisnis.
Hampir 8 dari 10 (78%) pemimpin bisnis di Indonesia menggambarkan organisasi mereka sebagai berbasis data. Namun, sebanyak 90% pemimpin data dan analitik di Indonesia menyatakan bahwa perusahaan mereka masih kesulitan mendorong prioritas bisnis melalui data—mengungkap kesenjangan antara persepsi kematangan data dan kenyataan.
- Hanya setengah (50%) pemimpin bisnis di Indonesia yang mengatakan bahwa mereka dapat secara andal menghasilkan wawasan yang tepat waktu.
- Sebanyak 34% pemimpin data dan analitik di Indonesia menyatakan bahwa perusahaan mereka sesekali, bahkan sering, menarik kesimpulan yang keliru akibat konteks bisnis yang lemah dalam data.
- Kurangnya akses terhadap data yang dibutuhkan tetap menjadi faktor utama yang menghambat organisasi di Indonesia untuk benar-benar menjadi “berbasis data”.
Kualitas data perusahaan yang buruk menghambat transformasi menuju agentic enterprise
AI dengan cepat menjadi prioritas data teratas, sekaligus menjadi ujian paling berat bagi fondasi data yang ada. Bagi responden di Indonesia, kapabilitas AI menempati peringkat kedua dalam prioritas data, tepat setelah penyediaan akses data yang tepat waktu.
- Akibatnya, 50% pemimpin data dan analitik menerima tekanan agar mereka segera menerapkan AI
- Namun, 49% belum sepenuhnya yakin terhadap akurasi dan relevansi dari hasil keluaran AI mereka. Ini kemungkinan karena data yang digunakan masih terpencar-pencar dan belum mengalami pemutakhiran.
- Meskipun 61% pemimpin data dan analitik di Indonesia secara teori sepakat bahwa output AI hanya sebaik data yang digunakan sebagai input, kenyataannya lebih kompleks. Sebanyak 23% dari mereka menilai data di organisasi mereka sebagai “tidak dapat dipercaya.”
Bisnis mulai merasakan konsekuensi dari melatih AI berbasis pada fondasi data yang bermasalah.
- 88% pemimpin data dan analitik di Indonesia yang telah menjalankan AI di lingkungan produksi menyatakan bahwa hasil keluaran AI tidak akurat atau menyesatkan.
- Hampir setengah (46%) pemimpin data dan analitik di Indonesia yang bekerja di perusahaan yang melatih atau melakukan fine-tuning pada modelnya sendiri melaporkan bahwa mereka membuang sumber daya secara signifikan akibat kualitas data yang buruk.
“Agentic AI bukan sekadar membawa terminologi sebagai ‘teknologi berikutnya,’ namun lebih dari itu, AI merupakan ‘revolusi berikutnya.’ Agen-agen AI menggantikan peran dengan menangani tugas-tugas yang bersifat rutinitas, agar manusia bisa lebih fokus pada hal-hal yang terkait dengan kreativitas, relasi, dan yang membawa dampak,” ujar CEO Salesforce Marc Benioff dalam pidato kuncinya di Dreamforce. Namun, ia mengingatkan, “untuk bagaimana benar-benar bisa memperoleh nilai dan konteks secara maksimal dari model AI, Anda harus membenahi data Anda. Anda perlu beranjak ke solusi yang lebih terintegrasi. Anda harus menetapkan prioritas yang tepat. Anda harus menyusun tata kelola dengan benar.”
Bahkan data berkualitas tinggi pun tak ada gunanya bila terkunci.
Sebanyak 91% pemimpin data dan analitik di Indonesia meyakini bahwa data yang terpadu adalah kunci bagi perusahaan untuk mewujudkan apa yang menjadi ekspektasi pelanggan. Namun, mereka masih kesulitan menghadapi data yang terperangkap. Masalah ini diperparah oleh menjamurnya aplikasi: rata-rata perusahaan menggunakan 897 aplikasi, dan hanya 29% yang saling terkoneksi. Fragmentasi yang parah ini menjadikan data menjadi terpencar-pencar ke berbagai silo, sehingga sulit, atau bahkan mustahil untuk diakses. Akibatnya:
- Para pemimpin data dan analitik di Indonesia memperkirakan 17% data perusahaannya tersilo, tidak dapat diakses, atau tidak dapat digunakan.
- Lebih mengkhawatirkan lagi, 47% pemimpin data dan analitik di Indonesia percaya bahwa wawasan bisnis paling bernilai justru berada dalam 17% data yang tak dapat diakses tersebut.
- Dampaknya meluas: sekitar 7 dari 10 pemimpin data dan analitik di Indonesia menyebut kapabilitas AI menurun, pandangan terhadap pelanggan menjadi kabur, personalisasi berkurang, dan peluang pendapatan terlewat.
Guna memenuhi tuntutan bisnis, para pemimpin teknis perlu meninjau ulang cara akses, penggunaan, serta penerapan keamanan pada data.
- Untuk mengurangi potensi munculnya tantangan akibat data yang terperangkap, 47% organisasi di Indonesia mengadopsi pendekatan zero copy data integration, yakni pendekatan yang memungkinkan akses ke data yang berada di berbagai basis data secara bersamaan tanpa perlu memindahkan, menyalin, atau memformat ulang apa pun.
- Perubahan ini mulai membuahkan hasil. Perusahaan yang menerapkan zero copy, memiliki probabilitas 18% lebih tinggi dalam menghadirkan pengalaman pelanggan yang unggul dan 33% lebih mungkin memiliki integrasi data yang sangat baik dibandingkan perusahaan yang tidak menerapkan pendekatan zero copy.
- Antarmuka dengan bahasa yang natural, seperti agentic analytics, dapat mengatasi kendala literasi data dan kemacetan lalu lintas akses.
- 60% pemimpin data dan analitik di Indonesia menyampaikan bahwa menerjemahkan pertanyaan bisnis ke kueri teknis rawan terjadi error.
- 97% pemimpin bisnis di Indonesia menyatakan kinerja mereka akan lebih baik jika bisa mengajukan pertanyaan data dalam bahasa yang natural.
- Pembaruan tata kelola dan protokol keamanan data diperlukan untuk menjawab tuntutan data yang kian kompleks.
- Baru 46% pemimpin data dan analitik di Indonesia yang telah menyusun dan menetapkan kerangka dan tata kelola data yang formal.
- 89% pemimpin data dan analitik di Indonesia sepakat bahwa AI menuntut diterapkannya sebuah pendekatan baru terhadap tata kelola dan keamanan.
Jelajahi lebih jauh:
- Simak laporan selengkapnya mengenai State of Data and Analytics
- Pelajari bagaimana Data 360 bisa membuka seluruh potensi nilai dari data di seluruh lini perusahaan
- Pelajari bagaimana Tableau Next mampu memberdayakan analitik di era agentic ini
- Simak seri video mengenai bagaimana Data 360 Zero Copy Partner Network mampu mengoptimalkan potensi dari data yang Anda miliki
- Simak tayangan 2025 Dreamforce keynote secara gratis melalui Salesforce+



